Senin, 05 September 2016

Ruteng selalu Panggil Pulang

Saya dan blog "Molas Hombel" lahir di Hombel, Ruteng, Flores. Ruteng, sejak saya lahir kecil dan tumbuh menjadi wanita dewasa, Ruteng tetap dingin, sejuk, dan ramah. Kota kecil ini-yang dalam siaran eR-Pe-De dulu sering disebut "Ruteng Kota Dingin", ada di bawah bukit-bukit yang hijau. Ia diteduhi pemandangan bukit-bukit yang hijau, hutannya lebat dan ya..begitu lah. Ruteng.

Ruteng selalu Panggil Pulang
Tarian Caci, salah satu Tarian Kebanggaan Orang Manggarai| Photo: Kim_Orien (Instagram)

Ibu saya, kelahiran Sabu Raijua. Kabupaten Sabu Raijua adalah salah satu kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Kabupaten ini diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri Indonesia, Mardiyanto pada 29 Oktober 2008 sebagai hasil pemekaran dari Kabupaten Kupang. Itu penjelasan Wikipedia tentang Sabu Raijua, tempat kelahiran ibunda. Namun, sejak puluhan tahun lalu, ibunda dan Alm. Ayahanda telah tinggal dan menetap di Ruteng, kota kecil di bawah Gunung Ranaka ini. Saya dan 7 orang kakak saya lalu lahir di Ruteng. Semua lahir-besar di Ruteng.

Di balik hawanya yang dingin dan kedamaian menetap di Ruteng, Ruteng juga menghadirkan satu hal yang tak pernah diingkar dalam hidup. Ia selalu panggil orang-orang Ruteng pulang. Ruteng panggil pulang semua anaknya dengan caranya sendiri. Panggil pake lagu, pake puisi, pake tarian dan pake bahasa Manggarai khasnya. Orang-orang yang telah menjadi diaspora Manggarai di berbagai daerah selalu ingat Ruteng karena berbagai kekhasannya. Ruteng panggil pulang jiwa, batin dan raga mereka untuk kembali dan ingat Ruteng.
Molas Hombel Ruteng
Ikan Cara. Salah satu jenis ikan asin yang sangat digemari masyarakat Manggarai |Photo: Leszek S (Instagram)

Saya lahir di Ruteng. Di Hombel. Sejak kecil, tumbuh di Ruteng. Sekolah, juga di Ruteng. Kuliah, juga di Ruteng. Sekarang, mencari nafkah sebagai pengajar juga di Ruteng, di SDK Cewonikit-Ruteng. Saya betah, nyaman dan selalu merasa Ruteng adalah segalanya dalam hidup. Keramahannya, tutur sapa orang-orangnya, kemajemukan budaya dan agamanya telah membuat Ruteng berakar kuat di sanubari orang-orangnya. Padahal, Ruteng tidak sebesar dan seluas Jakarta atau Surabaya. Dia hanya kota kecil, kota di bawah gunung. Tetapi amat dahsyat memanggil orang-orangnya untuk pulang, untuk tinggal dan mendiami Ruteng.

Waktu liburan panjang beberapa bulan lalu, saya berlibur ke Denpasar, Bali. Betul, Bali itu ramai, maju dan luas. Kota-nya juga lebih besar dari kota kelahiran saya, Ruteng. Di Bali, kita bisa lihat para pelancong dari luar negeri yang lebih banyak dari pelancong yang datang ke Ruteng.

Molas Hombel di Bali
Moment liburan di Bali, Maret 2016. | Photo: Ian Lerrick (Pribadi)

Kendaraan di Bali lebih banyak, lebih ramai di jalanan. Tidak seperti di Ruteng yang jumlah kendaraanya lebih sedikit. Pemandangan a la kota besar ini saban hari menjadi pemandangan utama selama berlibur. Mata saya puas dengan pemandangan itu. Kadang lelah. Ramai, iya. Tetapi, tak satu pun pemandangan itu yang membekas di jiwa, batin saya. Saya menikmati Bali, sebetulnya hanya karena nama Bali yang telah telah mendunia. Telah terkenal karena objek wisata dan budayanya.

Tiga hari di Bali, hati saya mulai terusik. Ruteng panggil saya pulang. Bahasa orang-orangnya, tawa dan lejong tau di Ruteng panggil dari kejauhan. Pagi dan sore yang dengan jaket di badan, tawar ikan di pasar Ruteng, seperti datang cubit kaki ajak pulang ke Ruteng. Lagu-Lagu Manggarai yang diputar dengan keras di Pasar Ruteng seperti panggil saya dari jauh. Semua yang terasa di badan, biasa terdengar di telinga, seperti teriak dari kejauhan, panggil saya pulang ke Ruteng.
SDK Cewonikit Ruteng
Rombongan SDK Cewonikit-Ruteng saat hendak mengikuti Apel 17 Agustus 2016 di Lapangan Motang Rua. | Photo: Ian Lerrick

Perasaan tentang Ruteng, saat itu, benar-benar seperti yang terlukis dalam lagu “Ruteng” yang ditulis Om Illo Djeer. Lagu itu dinyanyikan Om Illo dan Tanta Edel, istrinya. Di You Tube, lagu itu dipublikasikan tahun 2012. Beberapa potongan liriknya, setidaknya, melukiskan dahsyatnya Ruteng yang selalu panggil anak-anaknya pulang, kembali ke dan tinggal di Ruteng.

Ruteng akan selalu di hati orang-orangnya. Baik yang sekarang ada di Ruteng, maupun yang tinggal di luar Ruteng. Kata Om Illo, “Semua tentangku ada di tanahku”. Kalau mau tahu kami lebih jauh, datang ke Ruteng. Kira-kira begitu. Karena, tiap kali kami pergi, Ruteng selalu panggil kami pulang.